Intinews | Yogyakarta terus menegaskan posisinya sebagai salah satu destinasi wisata utama di Indonesia. Perpaduan antara kekayaan budaya, keindahan alam, dan keramahan penduduk menjadikan kota ini magnet bagi wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.
Bank Indonesia Kantor Perwakilan Sumatera Selatan kembali mengadakan Capacity Bulding dan Gathering Wartawan Ekonomi dan Bisnis ke Yogyakarta, Kamis (25/9/2025).
Dipilihnya ‘Kota Gudeg’ ini dikarenakan Yogyakarta memilik ragam kekayaan budaya, keindahan alam, dan keramahan penduduk menjadikan kota ini magnet bagi wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.
Saat tiba di Yogyakarta, wartawan pun diajak mengunjungi museum batik yang memamerkan berbagai jenis batik, seperti batik klasik keraton dan batik pesisiran. Koleksi tertuanya adalah kain batik yang dibuat pada tahun 1840.
“Perubahan ini mencerminkan upaya adaptasi museum untuk tetap relevan dan berkontribusi pada pelestarian serta perkembangan ekonomi lokal di era digital”, terangnya pada awak media.
Sejak didirikan pada 12 Mei 1979, kata Diki, Museum Batik Yogyakarta memiliki tujuan utama sebagai sarana pelestarian koleksi batik. Namun, sekarang fungsinya diperluas untuk mendukung promosi dan penjualan batik, yang membantu kelangsungan UMKM batik di Yogyakarta.
“Strategi promosi dan penjualan ini juga memanfaatkan perkembangan digital, seperti penggunaan kode QRIS dan pemasaran melalui media sosial”, tambahnya.
Filosofi batik sangatlah dalam dan mencerminkan nilai-nilai kehidupan, spiritualitas, serta pandangan alam semesta masyarakat Jawa kuno, khususnya yang berasal dari lingkungan keraton. Setiap goresan, motif, dan bahkan warna pada batik memiliki makna simbolis yang berbeda-beda.
Walaupun sekarang batik tulis mulai digerus oleh batik printing, namun untuk penggemar batik masih mempunyai nilai tersendiri dihatinya. (vie)