Intinews | Partisipasi perempuan Indonesia dalam Parlemen masih sangat rendah, dibutuhkan kemauan, mental serta kemampuan. Rendahnya angka keterwakilan perempuan di parlemen sedikit banyak berpengaruh terhadap isu kebijakan terkait kesetaraan gender dan belum mampu merespon masalah utama yang dihadapi oleh perempuan.
Hal tersebut diungkapkan ketua Kaukus Perempuan Politik Indonesia (KPPI) Sumsel, Hj RA Anita Noeringhati SH MH saat memberikan sambutan dalam pelantikan KPPI 11 kabupaten/kota Sumsel di Rumah Dinas Ketua DPRD Sumsel, Senin (4/10).
“Terjun politik, perempuan harus punya jati diri dan mental yang militan. Masuk politik ibu-ibu jangan mudah “diagangi” (diancam, red),” ingatnya.
Anita yang juga menjabat ketua DPRD Sumsel ini mengingatkan agar perempuan yang terjun politik dapat mandiri, sehingga apapun yang terjadi perempuan tetap bisa survive.
“Waktu menuju Pemilu 2024 cukup singkat, maka harus dipersiapkan dengan matang, tidak cukup dengan partisipasi, tapi juga kontribusi. Untuk itu, inilah tugas pengurus yang baru dilantik, tingkatkan kinerja dan kualitas,” pesannya.
Sementara itu, ketua Umum DPP KPPI, Dwi Septia Wati Jafar yang hadir virtual mengapresiasi KPPI Sumsel dan meminta untuk bersiap menghadapi Pemilu 2024.
“Tujuan kita tidak hanya pada duduknya perempuan di parlemen tapi dapat berkontribusi dalam kesejahteraan masyarakat,” ingatnya. “Kita dedikasikan, bahwa politik ini adalah pengabdian untuk terwujudnya peradaban,” sambungnya.
Dia juga memberikan semangat kepada pengurus yang dilantik agar bersama komitmen untuk mewujudkan 30 persen perempuan di parlemen. “Semoga juga akan terwujud di DPRD Sumsel dan kabupaten kota di Sumsel. Bahwa perempuan dapat berkontribusi dalam segala sektor termasuk politik,” imbuhnya. (**/vv)