Intinews | Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan (BI Sumsel) menggelar Temu Responden, yang diselenggarakan sebagai bentuk apresiasi kepada para responden survei di Sumatera Selatan di Hotel Arista Palembang, Senin (3/10). Tak hanya dunia usaha, responden juga berasal dari perbankan, instansi pemerintah, dan pihak terkait lainnya
“Temu Responden & Sarasehan Pengendalian Inflasi Pangan untuk Mewujudkan Sumatera Selatan Kuat, Indonesia Hebat”. Permasalahan energi dan pangan sedang melanda dunia, tak terkecuali Indonesia. Inflasi Indonesia berisiko meningkat setelah harga BBM meningkat dan harga pangan dunia turut naik.
Ke depan, tekanan inflasi diperkirakan masih tetap kuat sehingga memerlukan kerja keras berbagai pihak, termasuk menjaga ekspektasi masyarakat.
Kepala Perwakilan BI Sumsel, Erwin Soeriadimadja menyampaikan bahwa tema temu responden tahun ini dirancang berbeda dengan tahun lalu. Mengangkat pentingnya pengendalian inflasi pangan, diharapkan dapat membangun awareness dan kolaborasi pelaku dunia usaha untuk turut ambil bagian menjaga ketahanan pangan.
“Semua peserta diberi benih cabai dan hortikultura agar dapat belajar bertanam di pekarangan rumah sebagai bentuk urban farming,” ungkapnya. Erwin juga mengucapkan terima kasih kepada Gubernur Sumatera Selatan yang telah menumbuhkan kesadaran kolaboratif dan terus mendorong Gerakan Sumsel Mandiri Pangan (GSMP) yang sejalan dengan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) yang tengah didorong untuk mengendalikan inflasi pangan.
Ditempat yang sama, Anggota DPR RI Komisi XI, Hafisz Tohir juga sependapat bahwa inflasi menjadi momok nyata.
“Inflasi US sudah mendekati 10%, sementara di UK inflasi sudah mencapai 11%,a’ kata Hafisz. Dia juga
mengucapkan selamat kepada Gubernur Sumsel atas penghargaan yang diraih di mana Sumsel termasuk
10 provinsi yang dianggap berhasil menekan inflasi di bawah level Nasional. Sumsel mendapatkan hadiah
dari Kemenkeu berupa Dana Insentif Daerah (DID) sebesar Rp10 miliar.
Dalam kegiatan tersebut, Gubernur Sumatera Selatan, H. Herman Deru menjelaskan bahwa inflasi pangan dipengaruhi beberapa faktor utama. Pertama, musim, termasuk pengaruh La Nina. Kedua, infrastruktur di kab/kota dalam kondisi mantab secara kumulatif baru mencapai 52%. Ketiga, naiknya harga BBM.
“Penghargaan dari Kemenkeu patut disyukuri, namun itu belum cukup. Kita harus terus memastikan agar harga tidak naik demi kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.
Ada refocusing dana APBD sebesar 2% untuk mengendalikan inflasi pangan. Beberapa program sudah dijalankan, antara lain beras gratis maupun beras subsidi. Namun kita perlu mandiri pangan karena APBN/APBD tidak akan sanggup menanggung seluruh beban.
Dalam Temu Responden itu, BI Sumsel juga mengadakan talkshow dengan narsum BUMD DKI Food yang memegang peran penting dalam distribusi komoditas pangan strategis, Mustopa Patapa, milenial sukses asli Sumsel yang mengembangkan sociopreneurship, khususnya di pangan kreatif.
Tak kalah menarik, talkshow juga menghadirkan Anggota DPR RI, Desy Ratnasari, yang memberi pandangan dari sisi psikologi inflasi. Dalam gelaran Temu Responden ini, BI Sumsel seirama dengan Pemprov Sumsel dalam
membentuk kesadaran kolaboratif tentang pentingnya pengendalian inflasi pangan yang sangat berdampak pada kesejahteraan masyarakat. (sil/**)