Intinews |Untuk kedua kalinya Diajeng Kartika Sari, SH kembali dipercaya untuk memimpin Forum Keluarga Paranormal dan Penyembuh Alternatif Indonesia (FKPPAI) Kota Palembang periode 2025–2030, setelah sebelumnya sempat vakum akibat pandemi Covid-19.
Pelantikan Ketua DPC FKPPAI Kota Palembang, oleh Walikota Palembang, Ratu Dewa berlangsung secara khidmat yang menandai kembalinya semangat kolaborasi, kebudayaan, dan pengobatan tradisional bertempat di DKS Area, Jalan Jepang, Kecamatan Sako, Palembang, Minggu (13/07/2025)
Dalam momen yang jarang terjadi, Ratu Dewa, menyampaikan apresiasi atas peran FKPPAI dalam mendukung kesehatan masyarakat dan pelestarian budaya lokal.
“Pengobatan alternatif ini nyata dan dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat. Saya harap FKPPAI lebih masif menyentuh masyarakat Palembang, tak hanya di pinggiran atau luar kota,” ujar Ratu Dewa.
Dia juga menekankan pentingnya edukasi budaya dan kegiatan sosial yang dapat disinergikan antara FKPPAI dan Pemkot Palembang.
“FKPPAI harus jadi pelopor kegiatan sosial dan budaya berbasis kearifan lokal,” tambahnya.
Semnetara itu, Ketua Umum DPP FKPPAI, Ki Sawung Rahsa, menyampaikan pelantikan Diajeng adalah bentuk konkret dari kepercayaan Dewan Pendiri terhadap dedikasi dan rekam jejaknya.
“Beliau mampu membuktikan bahwa FKPPAI bisa bersinergi dengan pemerintah. Ini bukti nyata kepemimpinan yang bukan sekadar simbolik,” ujarnya.
FKPPAI, lanjut Ki Sawung, memiliki dua program utama : pengobatan alternatif dan keparanormalan sosial.
“Kami tidak menolak medis. Tapi kami hadir sebagai pendekatan holistik fisik, mental, dan spiritual,” katanya.
Dikesempatan yang sama, Diajeng Kartika Sari tak bisa menyembunyikan keharuannya.
“Saya pertama kali dilantik pada 2015. Tapi pandemi memaksa kita berhenti sejenak. Kini, dengan pelantikan ini, kita bangkit kembali,” ungkapnya, disambut tepuk tangan hadirin.
Yang lebih istimewa, pelantikan ini bertepatan dengan ulang tahun ke-22 Paguyuban Kusuma Sejati, organisasi spiritual yang ia dirikan pada tahun 2003.
Diajeng menekankan pentingnya membuka ruang dialog antara ilmu spiritual dan dunia modern.
“Pengobatan alternatif dan spiritual bukan mistik. Ini ilmu, budaya, dan solusi yang nyata,” tegasnya.
Tak hanya memimpin organisasi, Diajeng juga menjalankan sekolah pengobatan alternatif yang sudah berdiri sejak 2003. Sekolah ini mengajarkan ilmu penyembuhan spiritual dan herbal kepada siapa saja yang serius belajar.
“Sudah ribuan murid kami. Lima tahun terakhir, sistem daring menjangkau murid dari Jepang, Belanda, Australia,” terang Diajeng.
Program belajar ini berlangsung satu bulan dengan delapan kali pertemuan. Syaratnya sederhana : usia minimal 18 tahun dan tidak punya riwayat gangguan jiwa, karena pembelajaran menyentuh aspek energi dan kesadaran.
Dalam pesannya, Ki Sawung juga menegaskan pentingnya menjaga Nawadarma, sembilan kode etik spiritual bagi anggota FKPPAI.
“Ini kompas moral kita. Tanpa itu, kemampuan apa pun tak akan membawa manfaat sejati,” katanya.
Pelantikan FKPPAI Palembang kali ini bukan hanya soal organisasi yang bangkit, namun tentang perjalanan spiritual, pengabdian sosial, dan upaya membangun keseimbangan antara ilmu, budaya, dan hati nurani.
Dalam dunia yang makin modern dan kerap melupakan akar, FKPPAI hadir untuk mengingatkan : bahwa penyembuhan bisa datang bukan hanya dari obat, tapi dari kepercayaan, kebaikan, dan ketulusan untuk menyentuh jiwa sesama. (**/v)