Intinews | Sektor pariwisata di Indonesia memiliki potensi besar sebagai sumber lapangan kerja dan pendorong ekonomi. Namun, untuk benar-benar memanfaatkan potensi ini dan memperluas kesempatan kerja, diperlukan perhatian serius terhadap kapabilitas skill yang dimiliki oleh para calon pekerja dan pelaku industri. Peningkatan jumlah wisatawan, baik domestik maupun mancanegara, menuntut standar layanan yang lebih tinggi dan keahlian yang lebih spesifik.
Tantangan Kesenjangan Skill
Saat ini, sektor pariwisata sering dihadapkan pada ketimpangan skill (skill gap). Pertumbuhan industri yang sangat cepat, didorong oleh tren wisata digital, berkelanjutan, dan minat khusus (seperti ekowisata atau wisata kesehatan), seringkali tidak diimbangi oleh ketersediaan sumber daya manusia yang terlatih dengan baik.
Beberapa tantangan utamanya meliputi:
- Penguasaan Bahasa Asing: Keterampilan berbahasa asing, terutama Inggris dan bahasa lain yang relevan dengan pasar wisatawan utama, masih perlu ditingkatkan dan diasah untuk komunikasi efektif.
- Keterampilan Digital: Kemampuan pemasaran digital, manajemen platform pemesanan online, dan pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan pengalaman wisatawan menjadi krusial.
- Keahlian Teknis Spesifik: Dibutuhkan keahlian yang sangat spesifik, misalnya dalam manajemen destinasi, pemandu wisata bersertifikat untuk kegiatan adventure atau budaya, atau chef dengan keahlian masakan internasional dan lokal.
- Keterampilan Layanan (Soft Skills): Kualitas layanan sangat ditentukan oleh soft skills seperti keramahan, empati, problem-solving, dan kerja tim. Sebanyak 85% kesuksesan karier dipengaruhi oleh soft skill dan kemampuan sosial.
- Kesadaran budaya: Memahami dan menghargai perbedaan budaya wisatawan.
Mendukung Perluasan Kerja Melalui Peningkatan Kapabilitas
Perluasan kesempatan kerja di sektor pariwisata harus didukung oleh program perbaikan kapabilitas skill yang terstruktur dan relevan dengan kebutuhan pasar. Investasi pada Sumber Daya Manusia (SDM) adalah kunci utama. karena menghasilkan SDM yang terampil dan berpengetahuan luas, yang mendorong inovasi dan meningkatkan produktivitas.
1. Revitalisasi dan Relevansi Kurikulum Pendidikan
Lembaga pendidikan dan pelatihan vokasi, seperti Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Politeknik Pariwisata, perlu merevitalisasi kurikulumnya. Kurikulum harus dirancang agar relevan dengan tren pariwisata global dan kebutuhan industri lokal saat ini. Kemitraan yang lebih erat dengan asosiasi industri pariwisata (hotel, agen perjalanan, restoran) akan memastikan lulusan memiliki keterampilan yang siap kerja.
2. Sertifikasi dan Standardisasi Profesi
Sertifikasi profesi menjadi penanda bahwa seseorang telah mencapai standar kompetensi tertentu. Dukungan pemerintah dan lembaga sertifikasi untuk memfasilitasi proses ini sangat penting. Standarisasi kompetensi, terutama di bidang layanan seperti front office, housekeeping, dan pemandu wisata (guide), akan meningkatkan kualitas layanan secara keseluruhan dan membuka peluang kerja yang lebih baik dengan upah yang kompetitif.
3. Pelatihan Ulang (Reskilling) dan Peningkatan Skill (Upskilling)
Tidak hanya bagi pendatang baru, program reskilling dan upskilling juga penting bagi pekerja pariwisata yang sudah ada. Misalnya, pelatihan bagi pemandu wisata tradisional tentang teknik pemasaran digital atau pelatihan bagi staf hotel tentang protokol pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism). Pelatihan ini perlu didukung oleh teknologi, seperti e-learning atau pelatihan berbasis blended-learning, agar mudah diakses.
4. Keterampilan Digital dan Bahasa
Fokus pada pelatihan keterampilan digital harus menjadi prioritas pada jaman sekarang. Calon pekerja harus mampu mengelola media sosial, memahami Search Engine Optimization (SEO) untuk promosi pariwisata, dan menggunakan software manajemen hotel/restoran. Selain itu, kursus intensif bahasa asing, yang disesuaikan dengan konteks pariwisata, akan sangat meningkatkan daya saing pekerja.
Peluang Ekonomi yang Lebih Inklusif
Dengan perbaikan kapabilitas skill, kesempatan kerja di sektor pariwisata akan semakin luas dan inklusif. Pekerja lokal di destinasi wisata berpotensi mendapatkan peran yang lebih strategis dan berpenghasilan lebih baik, mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja dari luar daerah.
Pariwisata yang didukung oleh SDM berkemampuan tinggi bukan hanya meningkatkan kualitas pengalaman wisatawan, tetapi juga memastikan bahwa pertumbuhan industri ini memberikan manfaat ekonomi yang maksimal dan berkelanjutan bagi masyarakat luas. Investasi dalam skill adalah investasi untuk masa depan pariwisata Indonesia. (sil)















