Intinews | OJK bersama Pelaku Usaha Jasa Keuangan Syariah (PUJK Syariah) kembali menyelenggarakan Syariah Financial Fair “SYAFIF Goes to Palembang” yang kali ini digelar di Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan, selama tiga hari pada tanggal 16 s.d. 18 Mei 2025 bertempat di Main Atrium Palembang Indah Mall.
SYAFIF merupakan program flagship OJK yang berkolaborasi dengan PUJK Syariah dalam mempromosikan produk/layanan keuangan syariah melalui kegiatan pameran/expo, talkshow edukasi keuangan syariah dan perlombaan bagi masyarakat umum.
Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi OJK bersama Organizing Committee Orkestrasi Program Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah (OC LIKS) yang telah dibentuk OJK pada bulan Januari 2025. Palembang menjadi kota kedua dari lima kota yang menjadi target penyelenggaraan SYAFIF tahun ini.
Pembukaan SYAFIF Goes to Palembang dilakukan secara resmi oleh Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Pelindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi. Turut hadir Anggota DPD/MPR RI dari Sumatera Selatan sekaligus Duta Literasi Sumsel, dr. Ratu Tenny Leriva, Kepala OJK Provinsi Sumatera Selatan Arifin Susanto, dan Plt. Kepala Departemen Literasi, Inklusi Keuangan dan Komunikasi OJK M. Ismail Riyadi.
Dalam sambutannya, Friderica menyampaikan bahwa keuangan syariah merupakan pilar penting dalam perekonomian nasional. Industri keuangan syariah menunjukkan kinerja yang solid dan meningkat, dengan total aset nasional per Maret 2025 mencapai Rp2.900 triliun, terdiri dari perbankan syariah sebesar Rp960 triliun, pasar modal syariah Rp1.700 triliun, dan lembaga keuangan nonbank syariah sebesar Rp174,7 triliun.
“Bonus demografi dan tingginya jumlah penduduk muslim Indonesia merupakan potensi besar yang tidak boleh hanya menjadi pasar, tapi harus mampu menjadikan kita sebagai pemain utama, baik di dalam negeri maupun di kancah internasional,” ujar Friderica.
Friderica menambahkan, hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan menunjukkan bahwa indeks literasi keuangan nasional mencapai 66 persen dan indeks inklusi mencapai 80 persen. Untuk sektor keuangan syariah, terjadi peningkatan literasi dari 39 persen menjadi 43,42 persen, namun inklusinya masih berada di angka 13,41 persen.
“Artinya banyak yang sudah paham produk keuangan syariah, tetapi belum mengaksesnya. Ini adalah PR besar bagi kita semua,” tegasnya.
Friderica juga menekankan pentingnya pendekatan berbasis komunitas, termasuk pemanfaatan peran pondok pesantren dan tokoh agama, untuk memperluas literasi dan inklusi syariah. Dalam konteks ini, OJK telah mengembangkan ekosistem pusat inklusi keuangan syariah dan menjalin kolaborasi dengan Kementerian Agama untuk pelatihan para dai dan ustaz sebagai agen literasi syariah.
Sementara itu, dr. Ratu Tenny Leriva menyampaikan apresiasinya atas komitmen OJK, baik di tingkat pusat maupun regional, dalam mendorong literasi dan inklusi keuangan syariah. Ia mencatat bahwa pada tahun 2022, angka inklusi keuangan di Sumatera Selatan telah mencapai 88persen, dengan literasi di atas angka nasional yakni sebesar 52persen. Namun masih terdapat gap, terutama pada masyarakat di pinggiran kota dan desa, yang belum tersentuh layanan keuangan formal.
Kepala OJK Provinsi Sumatera Selatan Arifin Susanto pada kesempatan tersebut melaporkan bahwa SYAFIF Goes to Palembang diikuti oleh 19 PUJK Syariah, meliputi perbankan, pergadaian, pembiayaan, penjaminan, dan Layanan Pendanaan Bersama Berbasis Teknologi Informasi (LPBBTI) berbasis syariah.