Intinews | Bursa saham Wall Street pada perdagangan kemarin (24/2) ditutup bervariasi cenderung melemah dengan indeks Nasdaq turun lebih dari 1%, hal itu dipicu pelemahan saham teknologi besar. Sementara itu, indeks S&P 500 mencatatkan pelemahan tipis, dan indeks Dow Jones Industrial Average bergerak mendatar.Investor menunjukkan kehati-hatian pada saham teknologi berbasis AI. Hal tersebut terjadi menjelang laporan keuangan Nvidia yang dijadwalkan rilis pada Rabu (26/2) yang akan memberikan gambaran mengenai permintaan chip AI.
Keraguan terhadap keberlanjutan investasi besar di sektor ini meningkat sejak munculnya model AI berbiaya rendah dari DeepSeek, China. Menambah ketidakpastian, sebuah laporan analis mengungkap bahwa Microsoft Corp membatalkan sewa kapasitas pusat data dalam jumlah besar di AS. Langkah ini memicu spekulasi akan adanya potensi kelebihan pasokan infrastruktur AI. Meski demikian, Microsoft menegaskan rencananya untuk menginvestasikan lebih dari USD80 miliar untuk teknologi AI dan cloud, meskipun perlu penyesuaian strategis di beberapa area.
Fokus investor kini beralih ke data indeks Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) yang akan dirilis pada Jumat (28/2). Data ini merupakan indikator inflasi utama The Fed yang dapat memberikan petunjuk mengenai waktu pemangkasan suku bunga pertama tahun ini. Kontrak berjangka suku bunga mengindikasikan ekspektasi bahwa The Fed kemungkinan tidak akan mengubah suku bunga hingga Juni, menurut alat FedWatch CME Group.
Sementara harga emas dan minyak kembali menunjukkan kenaikan di tengah berbagai dinamika global. Harga emas mencapai rekor tertinggi baru pada Senin (24/2), didorong meningkatnya permintaan aset safe haven di tengah kekhawatiran atas rencana tarif Presiden Trump. Selain itu, arus masuk ke ETF berbasis emas turut memberikan dukungan tambahan bagi kenaikan harga logam mulia ini. Sementara, harga minyak mengalami kenaikan pada Senin setelah AS memberlakukan sanksi baru terhadap Iran serta adanya komitmen Irak untuk mengompensasi kelebihan produksi dalam kelompok OPEC+.
Domestic Highlights
Perkembangan dari pasar saham domestik menunjukkan IHSG pada Senin (24/2) ditutup melemah 0,78% (dtd) ke posisi 6.749,60 dari penutupan sebelumnya pada level 6.803,00. Nilai transaksi pada hari kemarin sebesar Rp12,17 triliun, dengan rata-rata nilai transaksi harian sebesar Rp11,32 triliun. Sementara itu, investor asing mencatatkan net sell sebesar Rp3,47 triliun. Secara akumulatif, investor asing membukukan net sell senilai Rp15,16 triliun sejak awal tahun. Rupiah berdasarkan kurs Bloomberg terapresiasi ke level Rp16.275/USD dari sebelumnya Rp16.305/USD.
Beberapa perkembangan dari dalam negeri lainnya, yaitu:
Presiden RI meluncurkan BPI Danantara untuk mengelola aset BUMN senilai lebih dari Rp14.000 triliun. Danantara akan menjadi salah satu sovereign wealth fund (SWF) terbesar di dunia dengan dana awal investasi sebesar USD20 miliar.
BI mencatat uang beredar (M2) pada Januari 2025 tumbuh 5,9% (yoy) mencapai Rp9.232,8 triliun, naik dari 4,8% pada bulan sebelumnya. Pertumbuhan didorong oleh peningkatan M1 sebesar 7,2% dan uang kuasi sebesar 2,2%,
BI mencatat pertumbuhan kredit Januari 2025 sebesar 9,6% (yoy), melambat dari 9,7% pada Desember 2024. Total kredit perbankan nasional mencapai Rp7.684,3 triliun dengan perlambatan pada kredit investasi dan konsumsi.
BPI Danantara akan fokus kepada 20 proyek strategis nasional (PNS). Beberapa proyek prioritas meliputi hilirisasi nikel, artificial intelligence (AI), kilang minyak, dan energi baru terbarukan (EBT).
Otoritas IKN menargetkan investasi Rp31 triliun untuk membangun hunian di IKN hingga akhir 2025. Tahap pertama senilai Rp8 triliun mencakup 97 gedung rusun dan 129 rumah tapak, sementara tahap kedua senilai Rp23 triliun.
Corporate Highlights
BNII mencatatkan laba bersih sebesar Rp1,11 triliun per 31 Desember 2024. Hasil ini turun sebesar 36% disbanding tahun lalu meskipun pendapatan operasional, bunga, dan syariah mengalami peningkatan.
ESSA mencatat laba bersih USD45,18 juta pada 2024, naik 30,54% dari tahun sebelumnya. Pendapatan turun 12,62% menjadi USD301,4 juta, dengan beban pokok pendapatan menurun 20% menjadi USD193,36 juta.
ASGR mencatatkan laba bersih sebesar Rp204,6 miliar pada 2024, naik 45% dibandingkan tahun sebelumnya. Meskipun demikian, pendapatan bersih ASGR turun 5,4% menjadi Rp2,81 triliun sepanjang 2024.PT Arwana Citramulia (ARNA) mencatatkan laba bersih sebesar Rp425,97 miliar
pada 2024, turun 4,49% dibandingkan tahun 2023. Penurunan tersebut disebabkan oleh peningkatan beban pokok penjualan sebesar 11,92% menjadi Rp1,727 triliun.
BUMA mengumumkan penawaran Sukuk Ijarah I Tahun 2025 dengan total maksimum Rp 2 triliun, yang terdiri dari tiga seri. Dana yang terkumpul akan digunakan untuk belanja modal, khususnya pembelian alat berat, dan modal kerja, masing-masing sebesar 50%. (**)