Gelar High level Meeting , BI Sumsel Isyaratkan Lonjakan Inflasi pada Ramadhan dan Idul Fitri 1445 H

Intinews | Bank Indonesia bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dan Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (TP2DD) menggelar High Level Meeting se- Sumatera Selatan, bertempat di Ballroom Hotel Aryaduta Palembang, Rabu (20/3/2024).

Kegiatan HLM ini dihadiri langsung oleh Pj Gubernur Sumatera Selatan sekaligus Ketua TPID Prov. Sumatera Selatan, Dr. Drs. A Fatoni, M.Si; kepala daerah serta anggota TPID baik di tingkat Provinsi maupun tingkat Kab/Kota Se-Sumatera Selatan.

Pada kesempatan tersebut Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumsel Ricky P Gozali menjelaskan Provinsi Sumsel saat ini cukup berbahagia dengan capaian Inflasi pada Februari 2024 yang tercatat terendah kedua se-Sumatera, sebesar 0,01% (mtm). Namun demikian, perlu mewaspadai lonjakan inflasi pada bulan puasa dan Idul Fitri. Secara rata-rata, inflasi pada bulan puasa dan Idul Fitri pada saat sebelum pandemi sebesar 0,54% (mtm).

“Bila dilihat dari trennya, kelompok inflasi administered price dan volatile food menjadi kelompok yang sering menyumbang inflasi pada bulan puasa dan Idul Fitri, diantaranya Angkutan Udara, Daging Ayam Ras, dan Telur Ayam Ras”, terang Ricky.

Lanjut, Ricky juga menerangkan terdapat 7 komoditas yang perlu diwaspadai terus mengalami kenaikan harga, yaitu beras, minyak goreng, daging ayam dan telur ayam, cabai serta bawang merah.

“Bank Indonesia bersama dengan TPID se-Sumsel terus dengan konsisten melakukan upaya pengendalian inflasi yang mengacu pada kerangka 4K, yaitu: ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi, komunikasi yang efektif”, lanjutnya.

Untuk menghadapi risiko komoditas yang secara historis ataupun saat ini berisiko mengalami kenaikan harga, BI Sumsel mengusulkan rekomendasi upaya pengendalian inflasi di jangka pendek, yaitu Ketersediaan pasokan dengan melakukan pantauan dan sidak pasar sampai dengan mendekati Idul Fitri serta melaksanakan quick action apabila diperlukan serta menghimbau petani dan penggilingan untuk memprioritaskan penjualan beras ke Sumsel lalu keterjangkauan harga dengan mengadakan pasar murah yang berfokus pada 7 komoditas pangan yang berisiko mengalami kenaikan. Mempertimbangkan untuk tidak menaikkan harga komoditas kelompok administered prices.

Sementara itu, Dr. Drs. A Fatoni, M.Si mengucapkan terima kasih kepada seluruh kepala daerah yang terus mendorong agar terus menekan angka inflasi.

Sebagai Pimpinan Daerah pihaknya menyampaikan bahwa perekonomian Sumsel pada tahun 2023 tercatat tumbuh sebesar 5,08% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi Nasional.

Pertumbuhan ekonomi yang kuat seiring dengan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), tingkat inflasi yang terkendali, serta didukung oleh transformasi digital.

“Kita terus mendorong agar ada transformasi keuangan. Alhamdulillah, 18 daerah termasuk Sumsel sudah digitalisasi,” jelasnya. (vie)