Harga BBM Naik Picu Demonstrasi Warga di 90 Negara

Intinews | Biaya hidup yang tinggi memicu orang-orang di berbagai belahan dunia untuk turun ke jalan dan berdemo menentang kenaikan harga-harga komoditas. Dikutip dari BBC, yang telah memetakan semua demonstrasi terkait bahan bakar minyak (BBM) yang dilaporkan sejak Januari 2021 dan ternyata jumlah unjuk rasa meningkat pesat tahun ini.

Kenaikan harga BBM mempengaruhi banyak aspek dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari perjalanan pribadi, distribusi barang-barang yang bisa menyebabkan kenaikan harga makanan, serta energi untuk pembangkit listrik dan alat pemanas.

Di seluruh dunia, para pendemo menuntut perubahan. Mereka menuntut harga BBM dibuat lebih terjangkau atau tersedia. Ada yang berdemo dengan damai dan ada juga yang menyerang pemerintah. Beberapa demo bahkan merenggut nyawa.

Khadijah Bah, 16 tahun, berdiri di teras depan rumah keluarganya ketika dia terkena peluru nyasar.

Hanya beberapa meter dari rumahnya, di sisi timur Freetown, ibu kota Sierra Leone, selama berhari-hari Khadijah menyaksikan massa semakin banyak berkumpul untuk menentang kenaikan harga BBM.

Namun pada 10 Agustus, aksi protes berubah menjadi kekerasan. Saat polisi bersenjata bentrok dengan pengunjuk rasa, peluru nyasar mengenai Khadjia. Dia tersungkur dan tewas seketika.

Ibunya, Maria Sesay, mengatakan dia masih berjuang untuk menerima kematian putrinya, yang masih duduk di bangku sekolah menengah. Ibunya mengatakan Khadijah bercita-cita menjadi perawat.

“Saya sangat sedih. Saya berjuang keras untuk membesarkan anak perempuan saya, tapi sekarang dia sudah tiada. Sungguh menyakitkan.”

Bentrokan karena bahan bakar

Harga BBM yang sampai memecahkan rekor tertinggi memicu bentrokan di jalan. Kekerasan seperti itu sudah bertahun-tahun tak terjadi lagi di negara kecil di Afrika barat ini.

Pada Agustus, 25 orang tewas, termasuk lima petugas polisi ketika bentrokan terjadi antara pengunjuk rasa dan polisi di ibu kota Sierra Leone, Freetown.

Kenaikan harga BBM tidak hanya mempengaruhi perjalanan, tetapi juga transportasi semua barang, yang secara tidak langsung menaikkan harga makanan.

Sejak Maret harga BBM di negara itu hampir dua kali lipat, dari 12.000 Leones (sekitar Rp14.640 pada saat itu) per liter, lalu melesat ke rekor tertinggi 22.000 Leones (sekitar Rp25.080 pada saat itu) pada Juli. Hal itulah yang pada akhirnya menyebabkan kenaikan harga pangan.

Pada Juli, Bank Sentral meluncurkan uang kertas baru – menghapus tiga angka nol dari Leone – sebagai langkah untuk memulihkan kepercayaan pada mata uangnya yang dilanda inflasi.Akhirnya kekerasan bisa diredam setelah pihak berwenang menerapkan jam malam di seluruh kota. Internet juga dibatasi, sehingga para pendemo sulit untuk berkomunikasi dan merencanakan unjuk rasa berikutnya.

Presiden Sierra Leone, Julius Maada Bio, kemudian menyatakan demo-demo itu merupakan upaya kekerasan untuk menggulingkan pemerintahannya. Namun, banyak warga membantah hal ini, mengatakan kepada BBC bahwa mereka turun ke jalan untuk memprotes kenaikan harga BBM dan makanan.

Namun, Sierra Leone tidak berjuang sendiri untuk memprotes kenaikan harga dan biaya hidup.

Krisis bahan bakar global

Dengan menganalisis data demonstrasi di seluruh dunia, yang dikumpulkan oleh Proyek Data Peristiwa dan Lokasi Konflik Bersenjata (Acled), BBC mendapati bahwa antara Januari dan September tahun ini, lebih dari 90 negara dan wilayah diguncang demo terkait harga atau ketersediaan BBM.

Sepertiga di antaranya adalah negara-negara yang pada 2021 lalu tidak ada demo BBM, seperti Spanyol.

Sepanjang 2021 tidak ada demo BBM di negara itu, tetapi sebanyak 335 demonstrasi berlangsung pada Maret 2022 saja. (ril)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *