Intinews | Kabut asap yang menyelimuti Kota Palembang belakangan ini, sudah mengganggu penerbangan di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang, Selasa (31/10/2023). Rute penerbangan Pangkal Pinang menuju Palembang terpaksa dialihkan akibat jarak pandang yang hanya berkisar 800 meter.
Humas Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) SMB II Palembang Sinta Veronika mengatakan, saat ini masuk pergantian musim atau pancaroba, sehingga cuaca tidak menentu.
“Kadang hujan kadang tidak,” ujar Sinta, Rabu (1/11/2023).
Menurut Sinta, meski hujan sudah mengguyur. Namun, kabut asap yang menyelimuti Kota Palembang akibat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) tidak serta merta hilang.
“Kabut asap masih ada, karena kabut asap yang terjadi di Palembang ini kiriman dari wilayah yang terjadi kebakaran,” kata Sinta.
Selain itu, hujan yang turun di Palembang belum cukup untuk membersihkan udara hingga 100 persen
“Jadi, meskipun sudah turun hujan tidak serta merta asap hilang, apalagi di tempat kebakaran tidak turun hujan sehingga sumber asap akan tetap ada,” katanya.
Sinta menjelaskan, jarang pandang di setiap daerah berbeda, tergantung dengan kondisi lingkungan.
“Seperti di bandara yang dataran luas itu asap bisa lebih tebal dibanding wilayah permukiman,” terang Sinta.
Terakhir, Sinta mengimbau kepada seluruh masyarakat agar tetap memakai masker saat bepergian di luar rumah.
“Tetap gunakan masker, karena kualitas udara saat ini masih buruk, bahkan masuk kategori berbahaya, usahakan kalau tidak terlalu berkepentingan untuk tidak keluar rumah,” tutup Sinta.
Sebagai informasi, sejak beberapa hari terakhir, Palembang terus masuk peringkat pertama kualitas udara terburuk di seluruh Indonesia. Hal ini terlihat dari laman AQAir.
Dengan tingkat konsentrasi PM2.5 Palembang saat ini berada pada level 626 µg/m³ atau setara dengan 125.2 kali dari nilai panduan kualitas udara tahunan Word Health Organization (WHO). (**)