Intinews | PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mencatatkan laba bersih sebesar 37,93 juta dolar AS atau sekitar Rp632,03 miliar pada kuartal III 2025, turun 29,65 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Penurunan laba ini disebabkan oleh pendapatan yang menurun sebesar 10,53 persen, yakni menjadi 842,16 juta dolar AS atau sekitar Rp14,03 triliun per September 2025.
Wakil Direktur Utama Garuda Indonesia, Thomas Sugiarto Oentoro, menjelaskan bahwa menurunnya kinerja perusahaan adalah akibat dari program pemeliharaan (maintenance) pesawat yang sedang dijalankan.
“Program ini secara sementara mengurangi kapasitas produksi kami, yang berimbas pada penurunan jumlah penumpang dan kargo serta berdampak pada pendapatan,” ujar Thomas dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI di Komplek Parlemen, Jakarta Pusat, Senin (1/12/2025).
Selama menjalankan program maintenance, operasional armada Garuda Indonesia berkurang, sehingga volume penumpang dan kargo ikut menurun.
Thomas menambahkan, program ini secara tidak langsung memengaruhi pendapatan, laba operasional, serta laba bersih karena ketersediaan pesawat yang bisa digunakan menjadi terbatas.
Dalam laporan keuangan terbaru dengan kode saham GIAA, pendapatan dari penumpang turun 11,36 persen menjadi 618,91 juta dolar AS, sedangkan pendapatan kargo turun 3,81 persen menjadi 41,88 juta dolar AS pada kuartal III 2025.
Selain itu, pendapatan tidak terduga (unscheduled revenue) juga mengalami penurunan signifikan 17,20 persen menjadi 93,71 juta dolar AS, sementara pendapatan lainnya naik tipis 1,48 persen menjadi 87,65 juta dolar AS.
“Kinerja keuangan kami mencerminkan dampak dari fase pertama maintenance yang kini menjadi fokus utama untuk menjaga stabilitas operasional,” jelas Thomas.
Mengenai kesiapan armada, pada November 2025 Garuda Indonesia mengoperasikan 58 pesawat, terdiri dari 19 pesawat berbadan lebar dan 39 pesawat berlorong tunggal. Anak usaha Garuda, Citilink, mengoperasikan 32 pesawat berlorong tunggal, meningkat dari 21 pesawat pada Juli lalu.
Direktur Teknik Garuda Indonesia, Mukhtaris, mengatakan, ini merupakan hasil kerja sama seluruh tim teknik, operasional, dan unit pendukung untuk memastikan standar keselamatan tetap terjaga pada level tertinggi. (vv)















