Intinews | Mengamati kondisi perekonomian global dan domestik terkini, Bank Indonesia menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah, sebagai berikut:
Perkembangan Nilai Tukar 10 – 14 Februari 2025
Pada akhir hari Kamis, 13 Februari 2025
- Rupiah ditutup pada level (bid) Rp16.350 per dolar AS.
- Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun turun ke 6,82%.
- DXY[1] melemah ke level 107,31.
- Yield UST (US Treasury) Note[2] 10 tahun naik ke 4,529%.
[1] DXY atau Indeks Dolar adalah indeks yang menunjukkan pergerakan dolar terhadap 6 mata uang negara utama lainnya (EUR, JPY, GBP, CAD, SEK, CHF).
[2] UST atau US Treasury Note merupakan surat utang negara yang dikeluarkan pemerintah AS dengan tenor 1-10 tahun.
Pada pagi hari Jumat, 14 Februari 2025
- Rupiah dibuka pada level (bid) Rp16.280 per dolar AS.
- Yield SBN 10 tahun turun di 6,81%.
Aliran Modal Asing (Minggu II Februari 2025)
- Premi CDS Indonesia 5 tahun per 13 Februari 2025 sebesar 72,22 bps, turun dibanding dengan 7 Februari 2025 sebesar 74,22 bps.
- Berdasarkan data transaksi 10 – 13 Februari 2025, nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp9,61 triliun, terdiri dari jual neto Rp2,42 triliun di pasar saham, Rp2,51 triliun di pasar SBN, dan Rp4,68 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
- Selama tahun 2025, berdasarkan data setelmen s.d. 13 Februari 2025, nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp7,59 triliun di pasar saham, beli neto Rp10,11 triliun di pasar SBN dan Rp4,60 triliun di SRBI.
Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia. (**)