Intinews | Pertamina Patra Niaga Regional Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) membuktikan bahwa pembinaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang tepat dapat mengubah home industry menjadi eksportir sekaligus memberdayakan perempuan. Pempek Tenggiri Hana, yang bergabung sebagai UMKM binaan sejak 2024 melalui kompetisi UMK Academy, kini tidak hanya melayani pasar lokal tetapi rutin mengirim produk 2-3 kali per bulan ke Singapura, negara tempat bisnis ini pertama kali dimulai.
Farhana, pemilik Pempek Tenggiri Hana, memulai usaha di Singapura pada akhir 2014 saat mendampingi suami. Awalnya hanya mengisi waktu luang sambil mengantar anak ke sekolah, usahanya berkembang dengan pelanggan tetap dari migran Indonesia, KBRI Singapura, hingga pekerja di Paya Lebar.
Momen paling berkesan terjadi saat kehamilan anak keempat pada 2016, pempek menjadi penyelamat finansial keluarga hingga ia pernah menukar pempek dengan ranjang bayi. Setelah kembali ke Indonesia pada 2018, usaha sempat vakum dua tahun.
“Saya sempat kehilangan arah setelah kembali ke Indonesia. Tapi kerinduan konsumen di Singapura membuat saya bangkit kembali di 2020. Saya mulai menitipkan produk ke toko-toko teman di sana,” ungkap Farhana.
Titik balik terjadi saat Farhana mengikuti kompetisi UMK Academy yang diinisiasi Pertamina pada 2024 dan menjadi UMKM binaan Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel. Dukungan mencakup standardisasi produksi, pelatihan manajemen usaha, bantuan perizinan, akses promosi melalui berbagai event, serta pembukaan jaringan pasar. Kini, Pempek Tenggiri Hana mencatat omzet Rp30-50 juta per bulan dengan margin bersih 30% dan rutin mengekspor ke Singapura.
“Sebelum dibina Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel, usaha saya masih tradisional. Setelah bergabung, saya mendapat pelatihan yang membuat bisnis jauh lebih profesional. Standardisasi menjaga kualitas, dan akses event membuat produk semakin dikenal. Sekarang saya lebih percaya diri,” ujar Farhana.
Pempek Tenggiri Hana memproduksi 9 varian berbahan ikan tenggiri segar dengan harga Rp40 ribu hingga Rp110 ribu. Seluruh proses dilakukan dengan standar ketat, mulai dari perebusan atau penggorengan, pendinginan, pengemasan vakum, pencantuman tanggal produksi, hingga pembekuan minimal 2 hari guna memastikan kualitas tetap terjaga untuk pasar lokal maupun ekspor.
Dampak pembinaan tidak hanya dirasakan Farhana, tetapi juga tim yang mayoritas perempuan, terdiri dari ibu rumah tangga dan remaja putus sekolah. Rita, karyawan dengan suami tidak berpenghasilan, kini bisa menyekolahkan ketiga anaknya. Amel, remaja putus sekolah, berhasil mencicil motor. Wati, tim produksi, kini mencicil rumah KPR.
“Rita, Amel, Wati adalah alasan saya terus berjuang. Melihat mereka bisa mandiri secara finansial membuat saya yakin bahwa usaha ini bukan hanya soal bisnis, tapi juga memberdayakan sesama perempuan,” tutur Farhana.
Menurut Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel, Rusminto Wahyudi, transformasi Pempek Tenggiri Hana adalah bukti nyata dampak pembinaan UMKM yang berkelanjutan.
“Ini bukti nyata pembinaan UMKM yang tepat sasaran. Yang paling membanggakan bukan hanya angka bisnis, tetapi bentuk pemberdayaan terhadap perempuan. Inilah wujud Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) yang tidak hanya memberdayakan pemilik usaha, tetapi juga mengubah kehidupan tim dan keluarga mereka” ungkap Rusminto.
Melalui program binaan Pempek Tenggiri Hana, Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel turut mendukung pencapaian SDGs Tujuan 5 (Kesetaraan Gender) dan Tujuan 8 (Pertumbuhan Ekonomi dan Pekerjaan yang Layak). Transformasi dari home industry yang sempat vakum menjadi eksportir beromzet puluhan juta yang memberdayakan perempuan membuktikan bahwa pembinaan UMKM yang tepat dapat membawa dampak nyata, bukan hanya bagi pemilik usaha, tetapi juga bagi kehidupan orang-orang di sekitarnya. (**)













