Daerah  

Santri Gontor Meninggal Dunia Karena di Aniaya, Malah Beri Keterangan Sakit

Intinews | Soimah (44), ibu dari  AM (17), santri yang diduga meninggal dunia karena mengalami kekerasan pada saat menimba ilmu di Pondok Pesantren (Ponpes) Darussalam Gontor Pusat 1 Ponorogo, Jawa Timur, sampai saat ini, masih terus berusaha mencari keadilan terhadap anaknya yang meninggal secara tak wajar.

Diketahui sebelumnya, Soimah tiba-tiba dapat kabar dari pengasuhan Gontor 1 telah bahwa anak putranya yang bernama Albar Mahdi meninggal dunia pada Senin,  22 Agustus 2022 pukul 10.20 WIB. Dengan berurai air mata, Soimah muncul ke hadapan awak media.

Melalui kuasa hukumnya, Titis Rahmawati mengatakan, bahwa Soimah ingin meminta keadilan terhadap anaknya yang meninggal dunia di Pondok Pesantren Gontor tersebut.

“Sebelumnya ibu korban mendapatkan surat keterangan kematian dari Dokter RS internal Pondok Pesantren Darussalam Gontor Pusat 1 Ponorogo, Jawa Timur,” jelas Titis, Selasa (6/9/2022).

Dalam surat tersebut dijelaskan bahwa anaknya meninggal dunia karena sakit. Namun, Titis mengungkapkan, ia tidak akan menuduh pihak pesantren terhadap adanya surat kematian yang diterima orangtua korban.

“Bisa jadi surat kematian dari pihak RS tersebut untuk memudahkan pengiriman jenazah korban. Karena kan memang dalam kondisi covid 19,” ujarnya.

Lebih lanjut Titis mengungkapkan bahwa, saat ini pihaknya masih menunggu hasil penyelidikan dari Polda  Jawa Timur terkait kematian anak Soimah.

“Saat ini masih menunggu penyelidikan dari pihak polisi yang disana. Kalau memang diperlukan pihak keluarga akan ke sana, karena pihak keluarga masih terkendala biaya,” jelasnya.

Titis mengungkapkan, pihaknya saat ini telah berkomunikasi dengan penyidik terkait proses pengungkapan kasus meninggalnya santri asal Palembang yang tidak wajar.

“Kami telah berkomunikasi dengan penyidik melalui whatsaap, dari informasi yang kami terima saat ini sedang pengumpulan barang bukti dan saksi-saksi,” terangnya.

Sedangkan dari pihak pesantren telah menjalin komunikasi dengan pihak keluarga terkait kematian anak tersebut. “Ada komunikasi, namun yang berkomunikasi masih dari pihak-pihak perwakilan, sehingga pihak keluarga tidak cukup puas,” ungkap Titis.

Dalam komunikasi tersebut pihak pesantren telah menyatakan surat pengakuan bahwa Albar meninggal karena adanya kekerasan. “Pihak pesantren mengakui bahwa adanya tindak kekerasan,” tuturnya. (**)

Respon (4)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *