Intinews | Kekayaan pendiri Facebook Mark Zuckerberg anjlok lebih dari US$ 6 miliar. Ini terjadi setelah Facebook, Instagram, dan WhatsApp down, hal ini terjadi karena masalah pada DNS (Domain Name System).Selain itu, mantan pegawai bicara soal algoritme perusahaan.
Dalam beberapa jam, kekayaan pendirinya, Mark Zuckerberg anjlok lebih dari US$6 miliar atau sekitar Rp 85,5 triliun. Selain itu, kekayaan Mark Zuckerberg susut setelah mantan manajer produk Facebook Frances Haugen mengatakan, perusahaan sengaja membiarkan konten ujaran kebencian (hate speech) berseliweran di platform untuk mendulang untung.
Kedua hal itu membuat investor ramai menjual saham Facebook. Harga saham raksasa media sosial ini pun anjlok 4,9% pada Senin atau melorot 15% sejak pertengahan September.
Alhasil, “kekayaan Mark Zuckerberg turun US$ 6 miliar menjadi total hanya US$ 117 miliar,” demikian dikutip dari Bloomberg, Selasa (5/10). Hasil pengujian oleh BleepingComputer, server sistem nama domain alias Domain Name System (DNS) Facebook, Instagram, dan WhatsApp tidak merespons. Ini menunjukkan bahwa konfigurasi DNS atau server ketiga aplikasi mengalami masalah. DNS merupakan sistem yang berfungsi menyimpan semua informasi data domain dalam jaringan. Sistem ini akan membawa pengguna untuk mengakses situs atau aplikasi yang menjadi tujuannya.
Menurut jurnalis Brian Krebs, DNS Facebook, WhatsApp, dan Instagram juga telah ditarik dari sistem global. “Ini spekulasi pada titik alasan DNS bermasalah. Facebook juga telah mengendalikan catatan DNS sendiri,” katanya dikutip dari Engadget, Senin (4/10).
CTO Facebook Mike Schroepfer mengatakan bahwa perusahaan mengalami masalah jaringan. “Tim bekerja secepat mungkin untuk men-debug dan memulihkan secepat mungkin,” kata dia melalui akun Twitter resmi. Sejumlah engineer Facebook juga telah dikirim ke pusat data perusahaan di Amerika Serikat (AS) untuk mencoba dan memperbaiki gangguan tersebut. Kini Facebook, WhatsApp, dan Instagram telah pulih.
Penurunan harga saham Facebook juga disebabkan oleh laporan mantan pegawai Frances Haugen. Ia mengatakan, perusahaan memanfaatkan algoritme untuk menghasilkan banyak konten ujaran kebencian yang disukai pengguna.
Haugen mengklaim algoritme yang diluncurkan pada 2018 itu mengatur konten yang dilihat oleh pengguna pada platform yang dikelola oleh Facebook. Algoritme akan mendesain sedemikian rupa guna mendorong keterlibatan orang di platform tersebut. (sumber:katadata)