Intinews | Empat bulan sejak menjabat sebagai Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA), Wamildan Tsani Panjaitan belum mampu membawa perbaikan signifikan terhadap kondisi keuangan maskapai pelat merah tersebut.
Per 31 Maret 2025, Garuda tercatat masih memiliki ekuitas negatif sebesar US$1,43 miliar atau sekitar Rp24 triliun, berdasarkan laporan keuangan kuartal I-2025.
Garuda menghadapi tekanan berat karena total liabilitas perusahaan mencapai US$7,88 miliar (Rp132,4 triliun), jauh melebihi total asetnya yang hanya senilai US$6,45 miliar (Rp108,4 triliun). Selisih tersebut menjadikan posisi keuangan Garuda dalam kondisi defisit.
“Hal-hal tersebut mengindikasikan adanya unsur ketidakpastian yang material yang dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan grup untuk mempertahankan kelangsungan usahanya,” tulis manajemen Garuda dalam laporan keuangannya yang dirilis Jumat 2 Mei 2025.
Di sisi operasional, Garuda mencatat rugi bersih sebesar US$76,48 juta (Rp1,3 triliun) selama kuartal pertama 2025.
Meski masih merugi, angka ini menunjukkan perbaikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yang mencatatkan kerugian sebesar US$87,03 juta (Rp1,5 triliun).
Peningkatan pendapatan menjadi salah satu faktor penyebab penurunan kerugian. Garuda membukukan pendapatan usaha sebesar US$723,56 juta (Rp12,2 triliun), naik 1,62 persen dibandingkan kuartal I-2024 yang mencapai US$711,98 juta (Rp12 triliun).
Pendapatan tersebut sebagian besar berasal dari layanan penerbangan sebesar US$668,56 juta (Rp11,2 triliun), diikuti oleh segmen jasa pemeliharaan pesawat sebesar US$95,36 juta (Rp1,6 triliun), serta pendapatan lainnya sebesar US$93,7 juta (Rp1,5 triliun).
Namun, beban usaha Garuda juga meningkat 2,19 persen secara tahunan menjadi US$718,35 juta (Rp12,1 triliun), dari sebelumnya US$702,92 juta (Rp11,8 triliun) pada kuartal I-2024.
Setelah dikalkulasikan dengan pendapatan dan beban lain, rugi sebelum pajak perusahaan tercatat sebesar US$88,73 juta (Rp1,5 triliun), lebih rendah dibandingkan rugi sebelum pajak pada periode sama tahun lalu sebesar US$100,76 juta (Rp1,7 triliun).
Meski dalam tekanan, manajemen menilai perusahaan masih menunjukkan pertumbuhan fundamental yang positif, salah satunya melalui keberhasilan dalam restrukturisasi utang yang disahkan melalui keputusan homologasi pada 27 Juni 2022.
Saat itu, Garuda memperoleh pendanaan sebesar Rp7,5 triliun dan Rp725 miliar dari penyertaan modal negara (PMN) dan PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA).
Untuk kuartal I-2025, Garuda juga mencatatkan EBITDA (laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi) positif sebesar US$197 juta (Rp3,3 triliun), yang dianggap sebagai sinyal pemulihan secara operasional.
Wamildan Tsani Panjaitan, yang merupakan alumni SMA Taruna Nusantara angkatan 1998, resmi memimpin Garuda Indonesia sejak awal 2025, namun tantangan keuangan yang menggunung masih membayangi langkahnya. (**)