Intinews | Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) pada Oktober 2024 tercatat mengalami inflasi sebesar 0,09% (mtm), meningkat dibandingkan deflasi pada bulan September 2024 sebesar 0,12% (mtm). Secara tahunan, realisasi inflasi Sumsel tercatat sebesar 1,09% (yoy), menurun dari bulan sebelumnya sebesar 1,40% (yoy). Perkembangan tersebut juga sejalan dengan inflasi nasional yang tercatat melandai menjadi 1,70% (yoy) dari 1,84 % (yoy) pada bulan sebelumnya.
5 (lima) komoditas utama penyumbang inflasi pada bulan ini adalah daging ayam ras, emas, tomat, bawang merah, dan jeruk dengan andil pada masing-masing komoditas adalah sebesar 0,11%; 0,10%; 0,08%; 0,03%; dan 0,02% (BPS, 2024). Kenaikan harga daging ayam ras sejalan dengan peningkatan harga pakan ayam yaitu jagung pipilan. Selanjutnya, kenaikan harga emas perhiasan didorong oleh sentimen eksternal. Adapun kenaikan harga tomat dan bawang merah didorong oleh menurunnya pasokan memasuki periode masa tanam. Di sisi lain, kenaikan harga jeruk disebabkan oleh pasokan yang terbatas di tengah permintaan yang cenderung tinggi.
Inflasi Provinsi Sumatera Selatan yang terkendali tidak terlepas dari upaya dan peran aktif Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sumsel dalam mengendalikan inflasi melalui strategi 4K, yaitu Ketersediaan Pasokan, Keterjangkauan Harga, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi yang Efektif. TPID Provinsi Sumatera Selatan secara aktif melaksanakan monitoring dan sidak pasar di berbagai daerah di Sumatera Selatan untuk memastikan ketersediaan pasokan di Sumatera Selatan. TPID Sumatera Selatan juga melaksanakan kegiatan panen raya cabai dalam rangka Gerakan Sumsel Mandiri Pangan (GSMP) Goes to School di Gelumbang pada Oktober 2024 untuk memastikan ketersediaan pasokan cabai. Keterjangkauan harga dan kelancaran distribusi komoditas dilakukan dengan mensinergikan dan mengkoordinasikan berbagai instansi dalam subsidi harga, subsidi angkutan, maupun subsidi operasional lain dalam rangka pelaksanaan pasar murah. Selain itu, pengendalian inflasi juga didukung dengan komunikasi yang efektif melalui rapat koordinasi rutin TPID se-Sumatera Selatan, publikasi kegiatan pasar murah bersama, dan berbagai kegiatan komunikasi lainnya.
Upaya 4K yang dilakukan TPID Provinsi Sumsel dalam menjaga stabilitas juga sejalan dengan upaya untuk terus mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Ekonomi Sumatera Selatan pada tahun 2024 diprakirakan berada pada kisaran 4,7-5,5% (yoy). Faktor pendorong pertumbuhan ekonomi bersumber dari aktivitas Pemilu dan Pilkada, berlangsungnya penyelesaian PSN dan proyek swasta lain, serta cuaca yang relatif lebih stabil sehingga dapat mendorong produktivitas sektor pertanian dan perkebunan. Hal ini juga turut tercermin dari hasil Survei Konsumen Bank Indonesia pada bulan Oktober 2024 yang mengindikasikan keyakinan konsumen berada dalam zona optimis. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Oktober 2024 tercatat sebesar 110,9 (indeks > 100). Masyarakat masih optimis bahwa kondisi perekonomian pada 6 bulan ke depan akan tetap kuat.
Sebagai langkah lanjutan untuk memastikan terus berlanjutnya penurunan ekspektasi inflasi ke depan, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 15-16 Oktober 2024 memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 6,00%. Keputusan ini konsisten dengan arah kebijakan moneter untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi dalam sasaran 2,5±1% pada 2024 dan 2025, serta mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Ke depan, Bank Indonesia terus mencermati ruang penurunan suku bunga kebijakan dengan tetap memperhatikan prospek inflasi, nilai tukar Rupiah, dan pertumbuhan ekonomi. Kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran juga terus diarahkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Bank Indonesia akan terus memperkuat bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. (**)