Intinews | Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan akan ada total 20 Bank Perekonomian Rakyat (BPR) yang tutup pada 2024.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Edina Rae mengatakan tumbangnya bank ini disebabkan fraud dan buruknya tata kelola manajemen.
“Kemungkinan 2024 nsampaie 20 BPR, tapi kan itu sudah tutup, tinggal likuidasinya saja,” ujarnya saat ditemui awak media di Hotel Kempinski Jakarta, Jumat (22/3/2024) Ke depan, OJK juga terus memperkuat BPR dengan mendorong konsolidasi dan penyesuaian regulasi serta pengawasan.
Lebih lanjut, Dian juga menyebut peta jalan untuk BPR sendiri akan dirancang sekomprehensif mungkin, termasuk soal mengatur management risiko, governance, hingga SDM. Menurutnya, dasar dari perancangan aturan itu, lantaran mengingat banyak BPR yang harus ditutup karena persoalan mendasar, misal terkait situasi keuangan serta adanya keterlibatan fraud.
“Harapan sebelum mengeluarkan roadmap, kami ingin sisa BPR yang punya masalah mendasar dapat dibersihkan dulu,” terangnya.
Alhasil, ke depan, usai melakukan pembersihan pada BPR yang bermasalah. Maka diharapkan BPR akan mengalami penguatan, di mana akan pengubahan dalam segi standar operasional, seperti kemampuan BPR untuk mampu listing di bursa atau IPO hingga penyetaraan dalam sistem pembayaran.
Hingga saat ini setidaknya sudah ada tujuh bank bangkrut pada tiga bulan pertama tahun 2024. Di sisi lain, mengutip data Statistik Perbankan Indonesia yang dirilis OJK, BPR mencatatkan laba sebesar Rp1,94 triliun pada 2023, merosot 38,65% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan laba pada tahun sebelumnya Rp3,16 triliun.
Dari sisi rasio profitabilitas, tingkat pengembalian ekuitas (return on equity/ROE) BPR juga jeblok, turun dari 15,39% pada 2022 menjadi 8,74% pada 2023. ROE menunjukkan tingginya keuntungan yang dihasilkan oleh bank dari setiap nilai yang diinvestasikan pemegang sahamnya. Apabila ROE bank susut, maka semakin turun kinerja bank dalam menghasilkan laba bersih melalui modalnya. Tingkat pengembalian aset (return on asset/ROA) BPR juga turun dari 1,74% pada 2022 menjadi 1% pada 2023. Makin susut ROA, maka makin turun kemampuan bank dalam mendayagunakan asetnya untuk memperoleh keuntungan.
Kemudian, dari segi intermediasi BPR mencatatkan kinerja yang positif. Tercatat, kelompok bank ini telah menyalurkan kredit Rp140,78 triliun pada 2023, tumbuh 8,88% yoy. Aset BPR pun naik 6,95% yoy menjadi Rp194,98 triliun pada 2023. Sayangnya, BPR mencatatkan pemburukan kualitas aset. Rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) membengkak dari 7,89% pada 2022 menjadi 9,87% pada 2023. Sementara itu, dari sisi pendanaan, BPR telah meraup dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp158,79 triliun pada 2023, naik 8,65% yoy. (v/**)